Islamsebagai rahmatan lil'alamin sebagaimana tertera dalam surat Al - Anbiya 107 bahwa, alam semesta mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat. Bagi orang beriman, datangnya utusan Allah adalah sebuah rahmat yang nantinya akan membawa kepada cahaya keimanan dan mendapatkan syafaat dan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Menurut riwayat Ibnu Hibban, jumlah seluruh nabi ada sedangkan rasul sebanyak 313. Dari total tersebut, masing-masing memiliki level kemuliaan yang berbeda satu sama lain, dan nabi yang paling mulia adalah Rasulullah saw. Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi, ada sejumlah alasan Nabi Muhammad mendapat predikat paling tinggi. Berikut adalah beberapa sebabnya. Rahmat bagi Alam Semesta Rasulullah saw diutus sebagai rahmat atau kasih sayang bagi semesta alam. Predikat ini tidak dimiliki oleh nabi-nabi pada umumnya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt berikut وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ Artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” QS. Al-Ambiya 107 Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas menjelaskan, Rasullullah diutus sebagai bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia, baik yang mukmin atau bukan. Bagi orang mukmin, dengan berkat keimanan dan amal perbuatannya mereka akan mendapat balasan surga. Sementara bagi orang yang tidak beriman memperoleh rahmat dalam bentuk tidak mendapat siksa kontan di dunia sebab mengingkari Rasul. Berbeda dengan umat nabi-nabi sebelumnya yang akan langsung mendapat siksa di dunia jika tidak beriman kepada utusan Allah. Imam Ath-Thabari, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, tanpa tahun juz XVIII, halaman 552. Namanya Selalu Membersamai Lafal Allah Alasan berikutnya mengapa Nabi Muhammad lebih mulia dibanding nabi-nabi lainnya karena namanya selalu dijejerkan dengan lafdzul jalâlah atau lafal Allah dalam banyak hal, seperti dalam bacaan tasyahud dalam shalat, lafal adzan dan iqamah, tahlil lâ ilâha illallâh muhammadur rasûlullâh, kalimat syahadat, dan sebagainya. Keunggulan ini ditegaskan dalam firman Allah berikut وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ Artinya, “Dan Kami tinggikan sebutan namamu bagimu.” QS. Al-Insyirah 4 Ayat di atas menegaskan bahwa Allah swt telah memuliakan Nabi Muhammad dengan cara membersamai namanya dengan lafdzul jalâlah dalam banyak kesempatan. Menafsiri ayat di atas, Imam Ath-Thabari mengutip hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri yang mengisahkan ketika Malaikat Jibril bertanya pada Nabi, “Bagaimana cara Allah mengagungkan namamu?” Rasul menjawab, “Ketika kau menyebut nama-Nya, maka kau akan menyertainya dengan namaku.” Selalu Disertakan dengan Allah Selain dengan menjejerkan nama, dalam sejumlah ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah swt selalu bersama Nabi Muhammad dalam beberapa hal, seperti orang yang taat kepada Rasul berarti otomatis taat kepada-Nya QS. An-Nisa 80, Allah dan Rasul sama-sama memiliki kemuliaan QS. Al-Munafiqun 8, ridha terhadap Allah juga ridha terhadap Rasul QS. At-Taubah 62, dan sebagainya. Pendek kata, penyertaan Allah dengan Rasulullah menunjukkan Nabi Muhammad memperoleh keistimewaan yang tidak dimiliki nabi-nabi lainnya. Beban Dakwah Lebih Besar Rasulullah saw diutus untuk semua manusia, bukan untuk umat tertentu saja. Berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang hanya diutus untuk berdakwah di kalangan terbatas. Ketika Rasulullah dihadapkan dengan umat secara menyeluruh, otomatis tantangannya lebih besar. Berbeda semisal Nabi Musa, karena ia hanya di utus untuk Bani Israil, paling hanya mendapat perlawanan Fir’aun dan para pengikutnya. Dengan demikian, beban dakwah Nabi Muhammad lebih berat dan sulit dibanding nabi-nabi lainnya. Allah swt menyinggung hal ini dalam firman-Nya وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ Artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad, melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” QS. Saba 28 Agama Paling Mulia Agama yang dibawa Nabi Muhammad merupakan agama yang paling mulia dibanding agama-agama lainnya. Hal ini disinggung dalam firman Allah swt berikut وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ Artinya, “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” QS. Ali Imran 85 Untuk poin ini Imam Fakhruddin ar-Razi memberi penjelasan, status agama Islam merupakan penghapus atas agama-agama sebelumnya, sehingga agama yang dibawa Rasulullah lebih unggul. Ketika status agama Islam sebagai kebenaran tunggal, maka nabi yang membawanya juga mendapat kemuliaan agung karena ia akan mendapat pahala selama agama ini masih eksis di bumi. Ar-Razi kemudian mengutip hadits berikut مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَ مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه البخارى و مسلم Artinya, “Barangsiapa mengadakan sesuatu sunnah jalan yang baik, maka baginya pahala sunnah dan pahala orang lain yang mengerjakannya hingga akhir kiamat. Dan barangsiapa mengerjakan sesuatu sunnah yang buruk, maka atasnya dosa membuat sunnah buruk itu dan dosa orang yang mengerjakannya hingga akhir kiamat.” HR Bukhari dan Muslim. Nabi Terakhir Rasulullah merupakan nabi terakhir dari ratusan ribu nabi yang pernah Allah utus di muka bumi. Dengan statusnya sebagai nabi pemungkas, maka beliau lebih istimewa dan sudah barang tentu lebih mulia dibanding utusan-utusan yang lain. Salah satu dalil yang menyinggung hal ini adalah firman Allah berikut مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا Artinya, “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Ahzab 40. Imam Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, 2015 juz III, halaman 174-176. Wallahu a’lam. Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta

baca: Kevin James: Saya Merasakan Kesendirian Rasulullah SAW).'Dalam surat Al-Maidah ayat 32, saya menyimpulkan Islam merupakan rahmat bagi alam semesta. Karena itulah, saya menjadi petugas pemadam kebakaran,' kata dia seperti dinukil onislam.net.Menurut James, menjadi petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mulia karena menyangkut

JAKARTA - Alam semesta merupakan rancang bangun yang sempurna. Di mana di dalamnya Allah ciptakan banyak sekali keindahan, kemaslahatan, juga peringatan bagi makhluk-makhluk yang menghuninya. Karena penuh dengan kesempurnaan serta kebutuhan makhluk-Nya, sebenarnya apa yang melandasi Allah SWT menciptakan demikian? Dalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan karya Haidar Bagir disebutkan, Allah memang menciptakan alam semesta ini bersumber pada sifat kasih sayang-Nya. Oleh karena itu alam dirancang sedemikian rupa sebagai ciptaan terbaik-Nya. Dengan kata lain, sifat aslinya adalah memberikan kebaikan setinggi-tingginya dan kebahagiaan bagi penghuninya. Sebagai konsekuensinya, Allah membentangkan kemungkinan jalan—termasuk jalan keluar dari kesulitan—sebanyak-banyaknya. Bahkan tak terbatas. Alam ini adalah himpunan jalan-jalan dan kesempatan ke arah kebaikan tertinggi, kesempurnaan, dan kebahagiaan manusia. Maka, jika suatu saat kita sedang menjalani suatu keadaan, melalui salah satu jalannya, manusia perlu ingat jalan yang sedang dilalui itu hanyalah satu di antara banyak jalan-Nya yang tak terbatas. Jika melalui jalan itu manusia dapat menempuh kebahagiaan, maka syukurilah. Namun jika tidak, di sekeliling jalan manusia tersedia jalan-jalan lain untuk menuju kebaikan dan kebahagiaan yang kita cari. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
SEJARAHNABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM SEMESTA TERHADAP KASIH SAYANG SESAMA. SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM SEMESTA TERHADAP KASIH SAYANG SESAMA www.ekokurniawan.com. Jumat, 04 Maret 2022. Facebook Twitter Telegram
Rukun Iman keempat yang harus diimani oleh setiap mukmin adalah beriman kepada para Nabi dan Rasul utusan Allah. Diutusnya Rasul merupakan nikmat yang sangat agung. Kebutuhan manusia terhadap diutusnya Rasul melebihi kebutuhan manusia terhadap hal-hal lain. Untuk itu, kita tidak boleh salah dalam meyakini keimanan kita kepada utusan Allah yang mulia ini. Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan iman kepada Nabi dan Kewajiban Beriman Kepada Para RasulTerdapat banyak dalil yang menunjukkan wajibnya beriman kepada para Rasul, di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ“Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi” QS. Al Baqarah 177كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا“Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya mereka mengatakan’ Kita tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dengan yang lain dan rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan “Kami dengar dan kami taat…” QS. Al Baqarah 285Pada ayat-ayat di atas Allah menggandengkan antara keimanan kepada para Rasul dengan keimanan terhadap diri-Nya, malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya. Allah menghukumi kafir orang yang membedakan antara keimanan kepada Allah dan para Rasul. Mereka beriman terhadap sebagian namun kafir tehadap sebagian yang lain Al Irsyaad ilaa shahiihil I’tiqaad, hal 146Pokok-Pokok Keimanan Terhadap Para RasulKeimanan yang benar terhadap para Rasul Allah harus mengandung empat unsur pokok yaituBeriman bahwasanya risalah yang mereka bawa benar-benar risalah yang berasal dari wahyu Allah Ta’ terhadap nama-nama mereka yang kita berita-berita yang shahih dari dengan syariat Rasul yang diutus kepada kita, yaitu penutup para Nabi, Muhammad shalallahu alaihi wa sallaam. Syarhu Ushuuill Iman, hal 34-35Antara Nabi dan RasulSebagian ulama berpendapat bahwa nabi sama dengan rasul. Namun pendapat yang benar adalah nabi berbeda dengan rasul, walaupun terdapat beberapa persamaan. Nabi adalah seseorang yang Allah beri wahyu kepadanya dengan syariat untuk dirinya sendiri atau diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaum yang sudah bertauhid. Sedangkan rasul adalah seorang yang Allah beri wahyu kepadanya dengan syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaum yang menyelisihnya. Nabi dan rasul memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan Nabi dan Rasul adalah Nabi dan Rasul sama-sama utusan Allah yang diberi wahyu oleh Allah, berdasarkan firman Allah,وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلاَنَبِيٍّ“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi…” QS. Al Hajj52. Dalam ayat ini Allah membedakan antara nabi dan rasul, namun menjelasakan kalau keduanya merupakan utusan dan rasul sama-sama diutus untuk menyampaikan dan rasul ada yang diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang Nabi dan Rasul Nabi diberi wahyu untuk disampaikan kepada kaum yang sudah bertauhid atau untuk diamalkan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dalam sebuah hadist, ”Dan akan datang Nabi yang tidak memiliki satu pun pengikut”. Sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan syariat kepada kaum yang mengikuti syariat sebelumnya yang sudah ada, sedangkan Rasul terkadang mengikuti syariat sebelumnya -seperti Yusuf yang diutus untuk kaumnya dengan syariat yang dibawa oleh Ibrahim dan Ya’qub- dan terkadang membawa syariat baru. Diringkas dari Syarh al Aqidah Ath Thahawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh, hal 227-234Para Nabi dan Rasul Mengajarkan Agama yang SatuSeluruh Nabi mengajarkan agama yang satu, walaupun mereka memiliki syariat-syariat yang berbeda. Allah Ta’ala berfirman,شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…. ”QS. Asy Syuuraa13يَآأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَاتَعْمَلُونَ عَلِيمٌ {51} وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونَ {52}“Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya agama tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku” QS. Al Mu’minun51-52Nabi shalallahu alaihi wa salaam bersabda, “Sesungguhnya seluruh nabi memiliki agama yang satu, dan para nabi adalah saudara” Muttafaqun alaih.Agama seluruh para Nabi adalah satu, yaitu agama Islam. Allah tidak akan menerima agama selain Islam. Yang dimaksud dengan islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada Allah dengan mentaatinya, dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang musyrik. Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad hal 159-160.Mendustakan Satu = Mendustakan SemuanyaKewajiban seorang mukmin adalah beriman bahwa risalah para Rasul adalah benar-benar dari Allah. Barangsiapa mendustakan risalah mereka, sekalipun hanya salah seorang di antara mereka, berarti ia telah mendustakan seluruh para rasul. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ“Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rasul” QS. Asy Syu’araa’105Dalam ayat in Allah menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada para rasul yang diutus oleh Allah, padahal ketika diutusnya Nuh belum ada seorang Rasulpun selain Nabi Nuh alaihis salaam. Berdasarkan hal ini maka orang-orang Nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan tidak mau mengikuti beliau berarti mereka telah mendustakan Al Masih bin Maryam Nab Isa alaihis salaam dan tidak mengikuti ajarannya. Syarhu Ushuulil Iman hal 34-35Mengimani Nama Para RasulTermasuk pokok keimanan adalah kita beriman bahwa para Rasul Allah memiliki nama. Sebagiannya diberitakan kepada kita dan sebagiannya tdak diberitakan kepada kita. Yang diberikan kepada kita seperti Muhanmad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh alahimus shalatu wa salaam. Kelima nama tersebut adalah para Rasul Ulul Azmi. Allah Ta’ala telah menyebut mereka pada dua tempat surat di dalam Al Quran yakni surat Al Ahzaab dan As Syuraa,وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam…” QS. Al Ahzab7شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ…“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya” QS. Asy Syuraa13Adapun terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita beriman secara global. Allah Ta’ala berfirman,وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ“Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu” QS. Al Mukmin78. Syarhu Ushuulil Iman,hal 35Para Rasul Pemberi Kabar Gembira Sekaligus Pemberi PeringatanAllah mengutus para Rasul untuk menyampaikan kabar gembira sekaligus memberikan peringatan. Ini merupakan salah satu dari hikmah diutusnya para rasul kepada manusia. Maksud menyampaikan kabar gembira adalah menyebutkan pahala bagi orang yang taat, sekaligus memberikan peringatan kemudian mengancam orang yang durhaka dan orang kafir dengan kemurkaan dan siksa Allah. Allah Ta’ala berfirman,رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا“Mereka Kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu” QS. An Nisaa’ 165.Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para Rasul ialah memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-Nya dengan melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang perintah-Nya dan mendustakan para rasul-Nya akan diancam dengan hukum dan siksaan. Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 195-196Nuh yang Pertama, Muhammad PenutupnyaTermasuk keyakinan Ahlus sunnah adalah beriman bahwasanya Rasul yang petama diutus adalah Nuh alaihis salaam dan yang terkhir adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dalil yang menunjukkan bahwa Nuh adalah Rasul pertama adalah firman Allah,إِنَّآأَوْحَيْنَآإِلَيْكَ كَمَآأَوْحَيْنَآإِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ“Sesungguhnya Kami telah memberkan wahyu kepadamu sebagaman Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya…” An Nisaa’163Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama. Sisi pendalilannya adalah dari kalimat “dan nabi-nabi yang kemudiannya”. Jika ada rasul sebelum Nuh tentunya akan dikatakan dalam ayat dalil dari sunnah adalah sebuah hadist shahih tentang syafa’at, ketika manusia mendatangi Nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau berkata kepada mereka, “Pergilah kalian kepada Nuh, karena ia adalah rasul pertama yang diutus ke muka bumi”. Maka mereka pun mendatangi Nuh dan berkata “engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi…” Muttafaqun alaihi. Hadist ini merupakan dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa Nuh adalah rasul pertama. Dan Nabi Adam sendiri menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di atas muka bumi. Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 196-197Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu alaihi wa salaam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” QS. Al Ahzab40.Rasulullah sholallahu alaihi wa salaam bersabda, “Aku adalah penutup para Nabi, dan beliau berkata ’ Tidak ada Nabi sesudahku”. Hal ini melazimkan berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang lebih umum yakni diutusnya Nabi melazimkan berakhirnya yang lebih khusus yakni diutusnya Rasul. Makna berakhirnya kenabian dengan kenabian Muhammad yakni tidak adanya pensyariatan baru setelah kenabian dan syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad hal 173. Buah Manis Iman yang Benar Terhadap Para RasulKeimanan yang benar terhadap para Rasul Allah akan memberikan faedah yang berharga, di antaranya adalahMengetahui akan rahmat Allah dan perhatian-Nya kepada manusia dengan mengutus kepada mereka para Rasul untuk memberi petunjuk kepada merka kepada jalan Allah dan memberikan penjelasan kepada mereka bagaimana beribadah kepada Allah karena akal manusia tidak dapat menjangkau hal kepada Allah atas nikmat yang sangat agung para Rasul,, mengagungkan mereka , serta memberikan pujian yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah utusan Allah Ta’ala dan senantiasa menegakkan ibadah kepada-Nya serta menyampaikan risalah dan memberikan nasehat kepada para hamba. Syarhu Ushuuill Iman hal 36Semoga Allah Ta’ala senantiasa menetapkan hati kita kepada keimanan yang benar. Washolallahu alaa Nabiyyina RujukanSyarhu Ushuulil Iman. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin. Penerbit Daarul Qasim. Cetakan pertama 1419 HAl Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad. Syaikh Sholih Al Fauzan Penerbit Maktabah Salsabiil Cetakan pertama tahun Syuruuh al Aqidah at Thahawiyah. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi cetakan pertama tahun Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Maktabah ar Rusyd, Riyadh. Cetakan pertama 1422H/ Abu Athifah Adika MianokiMuroja’ah TuasikalArtikel Alamsemesta merupakan rancang bangun yang sempurna. Saturday, 2 Sya'ban 1443 / 05 March 2022

Islam sebagai harmoni semesta terinspirasi dari terminologi Islam rahmatan lil alamin. Secara etimologis, Islam dapat dimaknai dengan arti damai, sedangkan rahmatan lil alamin bisa dimaknai dengan kasih sayang bagi semesta alam. Maksudnya adalah, kehadiran agama Islam diharapkan dapat menjadi tonggak pertama adanya kedamaian dan kasih sayang sesama manusia dan seluruh alam. Dengan kesempurnaan Islam yang didukung oleh keistimewaan Al-Qur’an dan hadits Nabi sebagai pedoman hidup penganutnya, maka inilah agama yang disebut dengan agama Allah. Peringatan untuk Kaum Pemecahbelah Sebagai agama Allah, maka Allah lah yang akan menjaga keaslian agama ini. Dan Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an, bahwa siapa saja yang memecah belah agama-Nya, maka balasannya adalah mereka sendiri yang akan terpecah belah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-An’am ayat 159, berikut ini إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. QS. Al-An’am [6] 159. Penjelasan dari Abdullah bin Mas’ud tentang ayat ini, dalam beberapa riwayatnya dengan menggunakan redaksi yang seolah-olah menafsirkan ayat tersebut dengan “Agama Allah hanya satu, yaitu agama Ibrahim yang hanif, dan dia seorang muslim, maka orang-orang Yahudi memecah-belahnya, sehingga sebagian kaum menjadi Yahudi dan sebagian lainnya menjadi Nasrani. Mereka menjadikannya berkelompok-kelompok dan terpecah-belah”. Itulah balasan langsung dari perbuatan memecah-belah agama Allah yang menjadikan pelakunya berkelompok-kelompok dan tidak bersatu. Bahkan menurut Ali bin Abi Thalib dalam beberapa riwayatnya menyebutkan bahwa konsekuensi dari memecah belah agama Allah ini adalah murtad, yaitu keluar dari agama Islam. Oleh karenanya, kita harus sangat berhati-hati dalam bertindak, agar perbuatan dan tindakan kita tidak tergolong kedalam hal-hal yang dapat memecah belah agama Allah. Jika kita pahami dengan seksama maka kita akan mendapatkan pemahaman bahwa ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai penegasan bahwa orang-orang yang memecah belah agama Allah bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya hukuman bagi mereka yang memecah belah agama Allah, Allah akan memecah mereka menjadi beberapa golongan. Kemudian urusan mereka menjadi tanggung jawab Allah yang pada akhirnya perbuatan mereka akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal. Ada sebuah hadits yang menjelaskan bahwa agama para nabi itu adalah satu. نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلَّاتِ، دِيْنُناَ وَاحِدٌ “Kami para Nabi adalah anak dari satu bapak berbeda ibu, dan agama kami adalah satu”. Islam dan Persatuan antar Umat Beragama Inilah Ash-Shiraathul Mustaqiim Jalan yang lurus, yaitu apa yang telah di bawa oleh para Rasul-Nya, berupa peribadatan kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan berpegang teguh dengan syari’at Rasul yang terakhir. Sedangkan yang menyelisihi semua itu, maka hal itu merupakan kesesatan, kebodohan, pendapat dan hawa nafsu, dan para Rasul terlepas dari tanggung jawab atas semuanya itu. Dengan penjelasan hadis tersebut maka sudah jelas bahwa agama Allah itu hanya satu yaitu agama yang mengesakan Allah Swt. Berhubung agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu agama Islam maka agama Allah yang disebutkan dalam ayat ini itu adalah agama Islam. Dengan demikian, kita semua tidak boleh memecah agama Islam baik itu dari umat non Islam mau pun dari umat Islam sendiri. Jika kita dalami lebih lanjut ayat ini juga dapat dimaknai sebagai penjelas bahwa agama Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Karena ayat ini secara tidak langsung memerintahkan kepada kita semua untuk bersatu yaitu mengesakan Allah. Dengan bersatu maka hidup kita di dunia ini akan terasa lebih indah nyaman dan sejahtera. Kebersihan dan Cinta Alam Ada sebuah hadits yang sudah sangat familiar bagi kita yaitu hadis tentang kebersihan. Adapun haditsnya adalah sebagai berikut الطهور شطر الإيمان Yang artinya “kebersihan itu merupakan sebagian dari iman”. Hadits hadits ini memang tampak tidak terlalu menjelaskan tentang Islam sebagai harmoni semesta. Karena hanya menjelaskan tentang kebersihan saja. Akan tetapi jika kita pahami lebih lanjut tentang kebersihan dan efek daripada kebersihan tersebut maka hadits ini dapat mewakili tentang sifat dari pada agama Islam sebagai harmoni. Manfaat kebersihan yang pertama yaitu bagi diri kita sendiri dengan menjaga kebersihan maka kita akan selalu sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Selanjutnya kebersihan juga bermanfaat bagi orang lain yaitu Jika lingkungan kita bersih maka kenyamanan orang lain tidak akan terganggu memang terlihat sepele namun ini akan menjadi satu perbuatan positif bagi kita Dan tetangga-tetangga Kita. Tidak hanya bermanfaat bagi sesama manusia saja akan tetapi kebersihan juga akan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita. Kita selalu menjaga kebersihan maka lingkungan kita akan selalu bersih dan membuat kita nyaman. Dengan lingkungan yang bersih kita akan terhindar dari bencana alam yang akan sangat mengganggu dan merugikan. Contoh dari Islam sebagai harmoni semesta dan juga penerapan dari Hadits tentang kebersihan tersebut ketika kita menjaga kebersihan Sungai maka kehidupan kita sebagai manusia tidak akan terganggu seperti contoh sungai yang bersih tidak akan mengakibatkan banjir. Manfaat dari kebersihan Sungai juga dapat dirasakan oleh makhluk lain seperti ikan dan binatang-binatang lainnya. Dengan air sungai yang bersih ikan di sungai akan lebih banyak dan hewan-hewan juga dapat meminum air dari sungai tersebut. Dan bagi tumbuhan dengan air sungai yang tidak tercemar bahan kimia dan lainnya maka tumbuhan di sekitar sungai akan tumbuh subur. demikianlah urgensi daripada Islam sebagai harmoni semesta tidak hanya memberikan manfaat kepada sesama manusia akan tetapi kepada seluruh alam. Sebagai kesimpulan, Ayat ini menunjukkan bahwa agama memerintahkan bersatu padu dan melarang berpecah belah dalam agama, baik dalam masalah ushul dasar agama maupun furu’ cabang. Yakni golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya. Dalam sebuah qira’at dibaca “Faaraquu” yakni meninggalkan agama yang mereka diperintahkan untuk menjalankannya, seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk berlepas diri dari orang-orang yang memecah belah agamanya. Rahmat dan Kasih Sayang Selanjutnya, Islam sebagai harmoni semesta dimaksudkan adalah Allah mengutus Rasul pembawa Rahmat bagi semesta alam, baik muslim maupun kafir, Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah saw. Beliau saw memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah. Rahmat bagi umat Islam meliputi dunia akhirat. Sedangkan Rahmat kasih sayang Allah kepada mereka non Muslim, dan umumnya pada sekalian makhluk ciptaan-Nya, tetap Allah berikan tetapi hanya didunia. Islam agama yang menebarkan cinta kasih. Ayat tersebut sebagai larangan berpecah belah di zaman sekarang dengan mengklaim bid’ah, sesat golongan atau kelompok lainnya. Rahmat Allah meliputi berbagai perbedaan, tetapi azab Allah meliputi orang-orang yang melanggar perintah serta berpaling dari ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Selain kepada manusia, aturan-aturan yang ada dalam Islam kepada manusia juga akan berdampak positif kepada lingkungan sekitar, jika manusia menjalankan apa yang di perintahkannya. Dengan demikian, lengkaplah pengertian dari Islam sebagai harmoni semesta. Rahmat bagi umat Islam meliputi dunia akhirat. Sedangkan Rahmat kasih sayang Allah kepada mereka non Muslim, dan umumnya pada sekalian makhluk ciptaan-Nya, tetap Allah berikan tetapi hanya didunia. Islam agama yang menebarkan cinta kasih. Ayat tersebut sebagai larangan berpecah belah di zaman sekarang dengan mengklaim bid’ah, sesat golongan atau kelompok lainnya. Rahmat Allah meliputi perbedaan sekalipun, tetapi azab Allah meliputi orang-orang yang melanggar perintah-Nya serta berpaling dari ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Selain kepada manusia, aturan-aturan yang ada dalam Islam kepada manusia juga akan berdampak positif kepada lingkungan sekitar, jika manusia menjalankan apa yang di perintahkannya. Dengan demikian, lengkaplah pengertian dari Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Editor Ahmad Mufarrih _ _ _ _ _ _ _ _ _ Catatan Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected] Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂 Silakan bagi share ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat! Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Baca panduannya di sini! Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook di sini! [zombify_post]

Alamsemesta merupakan rancang bangun yang Saturday,5 Zulqaidah 1443 / 04 June 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar. Al-Quran Digital. Indeks. Networks retizen.id repjabar.co.id repjogja.co.id. Kanal News. Politik Hukum Pendidikan Umum News Analysis
Oleh Dr. Atabik Luthfi, MA Ketua Bidang Dakwah Ikatan Dai Indonesia ALLAH SWT memastikan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul adalah agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Komitmen tersebut ditegaskan dalam firmanNya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” QS. Al-Anbiya’ 107 Redaksi yang digunakan di ayat ini cukup kuat, yaitu dengan al- nafyu wal itsbat’; menafikan yang disusul dengan menetapkan. Seolah-olah tidak ada fungsi lain dari diutusnya Rasul melainkan hanya sebagai rahmat. Atau semua fungsi Rasul yang sangat banyak bermuara kepada fungsi rahmat bagi semesta alam. BACA JUGA Mutiara Akhlak Nabawi Imam As-Sa’di menuturkan dalam tafsirnya, Allah SWT memuji Rasulullah SAW dengan sifat rahmatnya yang ditebar kepada seluruh makhlukNya; bangsa jin, manusia, hewan, dan makhluk yang lain, dengan sekian banyak tuntunan yang menghadirkan rahmat bagi seluruh alam. Tuntunan dan sunnahnya tidak hanya dalam konteks berinteraksi antar sesama manusia, namun juga bagaimana berinteraksi dengan hewan, tumbuhan, dan alam semesta Misi rahmat yang diemban oleh Rasulullah SAW merupakan implementasi nyata dari sifat Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Diutusnya nabi sebagai panutan bagi manusia adalah salah satu bukti kasih sayang Allah SWT. Karenanya, fungsi ini tidak hanya melekat pada diri Rasulullah SAW, tetapi pada setiap umatnya yang diwajibkan mengikuti tuntunan dan keteladannya, menjadi rahmat bagi siapapun dan apapun dari makhluk Allah SWT. Ibnul Qayyim berpandangan, sifat Ar-Rahman menunjukkan sifat kasih sayang pada Dzat Allah, yakni Allah memiliki sifat kasih sayang. Sedangkan Ar-Rahim menunjukkan bahwa sifat kasih sayangNya terkait dengan makhluk yang dikasihiNya. Sehingga nama Ar-Rahman adalah sifat bagiNya, sedangkan nama Ar-Rahim merupakan perbuatanNya, yakni menunjukkan bahwa Dia memberi kasih sayang kepada makhlukNya dengan rahmatNya yang menjadi sifatNya. Saking agungnya akhlak Rasulullah SAW, sebagai wujud nyata dari sifat rahmatnya, Allah SWT memuji Rasulullah SAW di ayat yang lain dengan tiga sifat yang disamakan secara redaksional dengan sifat Allah SWT “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” QS. At-Taubah 128. Sifat Aziz, Ra’uf dan Rahim di semua ayat Al-Qur’an adalah sifat Allah SWT. Hanya di ayat ini yang merupakan sifat Rasulullah SAW, yang disamakan oleh Allah SWT, sehingga penterjemahannya bukan Maha, tetapi amat atau sangat. Pada tataran aplikasinya, makna rahmat’ terkadang masih bias, sering disalah artikan, dan cenderung dimaknai dari satu sudut pandang saja; kelembutan, kema’afan, dan keengganan untuk menyampaikan nasehat, kritik, dan teguran yang konstruktif. Malah cenderung pemaknaan rahmat ini membuat umat tidak berdaya terhadap segala bentuk ketidak adilan dan relatif diam terhadap perilaku yang bertentangan dengan kemanusiaan.. Faktanya, beberapa kasus kemanusiaan banyak terjadi akhir-akhir ini menjadi parameter sifat rahmat kita, dari dua perspektif; Mendo’akan dan membantu dengan berbagai cara untuk meringankan beban mereka yang teraniaya, begitu juga dengan melakukan berbagai upaya prefentif dengan mencegah agar tidak terulang kembali. Bukan tanda tidak sayang, jika kita membela hak kita atau saudara kita. Tidak bertentangan dengan makna rahmat jika kita menegur orang atau pihak yang berbuat salah. Demikian juga, rahmat kita hadir justru saat kita secara konstitusional melakukan berbagai upaya untuk meredam berbagai tindakan kezaliman dan ketidak adilan Rasulullah SAW, manusia yang paling tinggi sifat kasih sayangnya, berkenan mengirim surat ke beberapa raja untuk menawarkan kebahagiaan dan keselamatan dalam kehidupan. Bahkan peperangan yang dijalankan merupakan media menebar rahmat, karena ada pembelaan kepada yang teraniaya. Malah sisi rahmat Rasulullah SAW tetap hadir saat perang sekalipun, dengan berbagai tuntunannya; larangan merusak lingkungan, tempat ibadat, dan fasilitas umum lainnya. Larangan memerangi pemuka agama, kaum wanita, anak-anak serta orang lanjut usia dan pasukan yang sudah tidak berdaya. BACA JUGA Akhlak Rasulullah Gemar Mengulang Ucapan, Tak Bertele-tele, dan Meninggalkan Debat Perintah memelihara dan mendahulukan perdamaian dan persatuan di atas segala-galanya. Semua tuntunan ini membuktikan rahmat beliau yang tiada terhingga sebagai nabi rahmat. Pujian tentang rahmat Rasulullah SAW pun datang dari berbagai kalangan. Huzaifah bin Yaman ra, salah seorang sahabat Rasulullah SAW meriwayatkan tentang sifat rahmat yang melekat pada diri Rasulullah SAW “Dari Hudzaifah, dia berkata, “Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda pada salah satu jalan dari jalan-jalan di Madinah, Aku adalah Muhammad, dan aku adalah Ahmad, dan al-Hâsyir, dan al-Muqaffiy dan Nabiyyur rahmah,” HR. Ahmad. Tentu, tuntunan dan perilaku Rasulullah SAW yang mencerminkan rahmatnya yang sangat luas menjadi jawaban tuntas bagi yang masih meragukan rahmatnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kita selaku muslim dengan beragam profesi yang dijalani, dituntut untuk mampu menghadirkan dan menebar rahmat sebagai kelanjutan dan kesinambungan dari risalah Islam rahmatan lil alamiin. [] SUMBER Sebagairahmatan lil 'alamin artinya sebagai pembawa kasih sayang bagi? Ummatnya; Sahabatnya; Keluarganya; Alam semesta; Semua jawaban benar; Jawaban: D. Alam semesta. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, nabi muhammad saw. diutus oleh allah swt. sebagai rahmatan lil 'alamin artinya sebagai pembawa kasih sayang bagi alam semesta. PERLIS—Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas mengutip QS. Al Anbiya ayat 107 yang isinya menegaskan tentang Islam sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam. Ia juga mengutip QS. An-Nahl ayat 97 yang menerangkan bahwa rahmat bagi semesta alam berarti menciptakan kehidupan yang baik hayah thayyibah, dengan tiga kriteria berdasarkan QS. Al Baqarah ayat 62 sejahtera, damai, dan bahagia. “Kriteria hayah thayyibah dalam Al Quran itu meliputi lahum ajruhum inda rabbihim sejahtera sesejahtera-sejahteranya, wa la khaufun alaihim damai sedamai-damainya, wa la hum yahzanun bahagia sebahagai-bahagianya,” tutur dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini dalam kajian bersama Jabatan Mufti Negeri Perlis pada Kamis 07/10. Hamim kemudian mengutip QS. Yunus ayat 19 yang isinya tentang persatuan dan perpecahan manusia. Persatuan umat manusia yang dilatari dengan perbedaan asal-usul dan kepentingan justru menunjukkan kualitas kemanusiaan yang diakui dalam Islam. Namun, dorongan syahwat kepentingan maupun pemikiran membuat manusia berbeda-beda bahkan tak jarang melakukan kejahatan sehingga terjadi perpecahan dan konflik di antara mereka. Menyadari adanya perbedaan, Hamim menegaskan bahwa pluralitas umat manusia merupakan bagian dari sunnatullah. Hal tersebut berdasarkan QS. Al Maidah ayat 48 yang isinya menjelaskan bahwa pluralitas umat manusia menjadi ujian bagi umat Islam untuk menegakan kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah berlomba-lomba dalam kebaikan, yakni berusaha menciptakan tatanan kehidupan yang sejahtera, damai, dan bahagia.“Adalah kehendak Allah bahwa bangsa manusia tidak menjadi satu umat pemeluk satu agama. pluralitas umat manusia dalam agama yang dipeluk, kebenaran yang dianut, rezeki yang diperoleh, kebahagiaan dan kesengsaraan, dan kepentingan yang diperjuangkan selalu terjadi,” terang Hamim seraya mengutip QS. Hud ayat 118. Dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera, damai, dan bahagia, Hamim mengutip QS. Al Baqarah ayat 142-148 yang isinya tentang seruan Allah Swt agar menjadi masyarakat tengahan atau moderat ummatan wasatha. Prinsip-prinsip umat moderat ialah memiliki jiwa yang besar ghair al-shufaha, menjadi pelaku yang aktif dalam kerja-kerja sosial syuhada ala al-nas, dan menerapkan prinsip egalitarianisme dalam interaksi sosial yang majemuk wa likulliw wij-hatun huwa muwalliha, dan menjadi yang terdepan dalam kebaikan fastabiqu al-khairat. Sementara itu, untuk mewujudkan misi Islam sebagai pembawa risalah rahmat bagi semesta alam yakni menciptakan kondisi yang sejahtera, damai, dan bahagia dalam level negara, harus membawa kehidupan manusia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, yang arti harfiahnya adalah negeri yang sentosa, adil dan makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. Dengan kata lain, negara ideal tersebut tidak menganut ideologi yang mendegradasikan kehidupan, membawa petaka bagi lingkungan, dan tidak berdaya dalam mengendalikan kemudian menerangkan doktrin akidah Islam rahmatan lilalamin. Menurutnya, akidah yang mesti dianut adalah akidah murni, yakni sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al Anam ayat 82, keimanan yang tidak bercampur dengan kedzaliman dan kemusyrikan yang menegasikan kehidupan manusia dan lingkungan. Akidah yang tidak sehat hanya akan membawa pada kerusakan khusrin dan kehidupan yang buruk hayah khabitsah tidak sejahtera, damai, dan bahagia. “Buah dari akidah yang murni ialah al-amnu atau aman dan damai dalam kehidupan pribadi dan kelompok, selain itu wa hum muhtadun atau menempuh jalan kebenaran yang membebaskan diri dari khusrin atau kerusakan dan kehancuran dengan mengalami hayah khabitsah,” tutur Hamim. Hits 484 . 325 90 479 317 307 238 462 263

utusan allah sebagai pembawa kasih sayang bagi alam semesta adalah